Pendidikan Karakter Generasi Muda, Melalui Implementasi Kurikulum Berbasis Multikulturisme

Penguatan Karakter Generasi Muda

Generasi muda,  terdiri dari dua kata majemuk.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian generasi adalah: masa orang dalam satu angkatan; muda merupakan kelompok atau golongan kaum muda. Pengertian keseluruhan dari generasi muda adalah penerus generasi  yang akan melanjutkan generasi sebelumnya, dengan rentang usia 17-30 tahun, dan kadang-kadang sampai usia 40 tahun. Rentang usia di atas berdasarkan perjalanan kematangan biologis dan psikologis. Generasi muda adalah the leader of tomorrow (pemimpin masa depan). Di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Kemajuan bangsa pada masa depan, bergantung pada kualitas generasi mudanya. Hal ini mengindikasikan, bahwa generasi muda dituntut harus memiliki kesiapan untuk menerima tongkat estafeta  dari para pendahulu.

Sejarah panjang bangsa Indonesia telah mengisyaratkan, betapa pentingnya peran pemuda dalam setiap proses pembaharuan dan kemajuan bangsa. Pemuda menjadi “central” perubahan bangsa; menjadi “asset” bangsa yang sangat mahal. Bila terjadi kegagalan dalam mencetak generasi muda yang “siap”, hal ini berarti telah terjadi The Lost Generation  (angkatan atau generasi yang hilang).  Terjadinya The Lost Generation, menjadi sangat mungkin, bila generasi muda tidak memiliki kesiapan untuk menerima tongkat estafeta kepemimpinan dari pendahulunya. Kata “siap” tidaklah dapat terjadi secara spontan atau ujug-ujug. Proses panjang harus disiapkan sejak dini, melalui berbagai strategi.

Penyiapan generasi muda, tidak dapat dilepaskan dari konsep pendidikan yang diterapkan. Melalui kurikulum yang disusun, pendidikan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi kualitas generasi muda.  Kurikulum yang disusun  harus memiliki nilai “tawar” untuk  menjawab berbagai persoalan yang ada, agar memberikan pengalaman, dan kemanfaatan bagi masa depan baik pada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara.

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Para siswa akan melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dewasa ini dituntut pembelajaran “active learning”. Suatu pembelajaran yang mengutamakan siswa sebagai central pembelajaran. Guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Melalui rancangan pembelajaran yang terencana dan terarah, serta proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis, diharapkan dihasilkan  lulusan yang memiliki kompetensi yang diharapkan.

Persoalan Pendidikan Dewasa ini

Dewasa ini, dunia pendidika di Indonesia mengalami keresahan. Keresahan utama yang dirasakan oleh pendidikan adalah, terjadinya dekadensi moral (kemunduran/kemerosotan moral). Persoalan ini  tidak dapat dilepaskan dari letak geografis bangsa Indonesia, dan belum siapnya masyarakat Indonesia  mengadapi era globalisasi. Letak geografis Indonesia adalah posisi keberadaan negara Indonesia berdasarkan letak dan bentuknya dimuka bumi.

Menurut letak geografisnya, Indonesia berada diantara dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik). Indonesia berbatasan langsung dengan Benua Asia disebelah utara, Benua Australia disebelah selatan, Samudera Hindia disebelah barat, dan Samudera Pasifik disebelah timur. Karena letaknya yang strategis, Indonesia menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik darat, udara, maupul laut. Letak Indonesia yang sangat strategis secara geografis membuat Indonesia mau tidak mau mendapatkan pengaruh dari luar seperti kebudayaan dan peradaban dunia yang sangat gencar. Selain itu, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia. Jumlah pulau di Indonesia tercatat lebih dari 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang sampe Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Hal ini menjadikan Indonesia unik dengan keanekaragaman adat istiadat, suku, budaya, ras, dan masih banyak lagi. Namun demikian, kita harus menjunjung tinggi Bhinneka Tungkal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan.

Letak Indonesia yang strategis serta bentuk negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau bukan tanpa kelemahan. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan mendapatkan ancaman dari luar, serta kuatnya pengaruh luar yang lebih agresif. Jumlah pulau sangat banyak ini, bukanlah hal yang gampang, untuk mempertahankan komitmet “Bhinneka Tungkal Ika”. Keberagaman budaya atau kultur, menuntut perjuangan, komitmen/kesungguhan, loyalitas atau kesetiaan yang tinggi dari seluruh rakyat Indonesia.

Letak geografis di atas, berkontribusi besar dalam membentuk karakter bangsa, terutama generasi mudanya. Pesatnya kemajuan teknologi, memicu masuknya berbagai bentuk budaya luar yang sangat pesat. Jika tidak diiringi dengan kesiapan dan kematangan untuk menghadapi, dan mengelola pengaruh luar secara bijaksana, akan berdampak pada kemunduran bagi generasi muda. Generasi mudalah yang sangat rentan dengan gencarnya pengaruh bidaya luar, karena angkatan mudalah yang memiliki potensi untuk dipengaruhi.

 

Relevansi  Pendidikan dengan Multikulturisme.

Multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti plural, “cultural” yang berarti kultur atau budaya dan “isme” yang berarti paham atau aliran.
Multikulturalisme dapat ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan, yang mengakui perbedaan dalam kesederajatan,  baik secara individu maupun kelompok.

Peran pendidikan sangat strategis, untuk mewujudkan multikulturisme pada peserta didiknya. Melalui pendidikan berbasis multikulturisme, setidaknya dapat berfungsi sebagai  pelestari budaya/kultur yang multi. Pendidikan dapat memberi arah  pengenalan dan pendalaman nilai – nilai luhur budaya masyarakat sebagai suatu bangsa yang universal. Sebagai kelanjutannya adalah mengembangkan melalui penambahan nilai – nilai baru yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai universal yang berlaku dalam masyarakat. Nilai baru ini diharapkan tidak menganggu terhadap perpaduan keragaman budaya tradisional, dan berguna untuk memperkaya budaya bangsa, memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa.

Kondisi geografis bangsa Indonesia, menghasilkan keberagaman budaya/kultur. Jika kemajuan teknologi dan pengaruh luar yang sangat gencar, dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya, dan meningkatkan budaya bangsa Indonesia, maka akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi Negara yang maju. Kemajuan bangsa tidaklah lahir dengan tiba-tiba; maka melalui pendidikan diharapkan cita-cita ini dapat terwujud. Baik melalui pendidikan formal, informal, maupun non formal. Melalui wajib belajar sembilan (9) tahun atau dua belas (12) tahun yang akan direncanakan, memberikan andil yang sangat strategis. Hal ini mengindikasikan bahwa kurikulum yang berbasis multikulturisme, menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dilaksanakan.

Ragam strategi perlu dikembangkan, melalui penanaman nilai-nilai karakter. Pemahaman dan toleransi antar budaya, untuk membangun kehidupan multikultural yang sehat. Jaringan media komunikasi diharapkan ikut mendukung, memperkuat dengan media sensor dan korektor terhadap penyimpanan norma sosial yang terjadi. Implementasi model-model pembelajaran, dengan strategi dan media yang berbasis budaya bangsa dan potensi sumber daya alam  bangsa Indonesia, serta diperkuat dengan kemajuan teknologi informasi (TI), maka akan dihasilkan lulusan yang memiliki kesiapan dan kekuatan untuk memajukan bangsa Indonesia.

Perlunya disusun suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan: etos kerja yang tinggi, cinta tanah air, nasionalis, cerdas, kreatif, kritis, inovatif, bertanggung jawab, adil, bijaksana, bermental pemberani (patriotik), tekun, berwawasan kebangsaan dan global, visioner, rukun, ramah, saling menghargai, jujur, sportif, dan tangguh. Atas dasar pemikiran inilah penulis menyusun suatu model pembelajaran berbasis potensi daerah. Potensi daerah yang ada pada suatu kabupaten/kota, digali untuk dijadikan sebagai laboratorium dan sumber belajar. Potensi daerah ini dikemas dalam suatu model pembelajaran “WISATA LOKAL”. Informasi potensi daerah dikemas dalam dua bentuk yaitu:  local tourism-class (pemasangan poster dan material yang berisi potensi daerah dalam ruang kelas) dan local tourism-information yakni informasi potensi daerah yang dikemas dalam bentuk web “Wisata Lokal”. Harapan penulis menyusun model pemeblajaran “”Wisata Lokal” ini, dengan harapan siswa dan guru akan memiliki kesamaan untuk menggali, mengoptimalkan dan meningkatkan  potensi daerah untuk kepentingan hidup dirinya dan masyarakat pada umumnya dimasa yang akan datang.

Media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, diharapkan mampu merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang lebih baik. Media pembelaran meliputi media visual (grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik), media audial (radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya), projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, dan projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Pemilihan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, serta penjelasan cara peserta didik menggunakan media tersebut lebih diarahkan dapat member penguatan nilai-nilai karakter.

Strategi atau cara guru dalam menyampaikan pembelajaranpun, diharapkan dapat menumbuhkan peserta didik semakin mencintai bangsanya, guru diharapkan selalu memotivasi siswa, mengajak siswa untuk merenung, berfikir dan mengambil sikap positif terhadap kepentingan masyarakat,  bangsa dan negara, di atas kepentingan pribadi. Guru menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, yang dapat mengarahkan peningkatan spiritual, emosi dan IQ peserta didik. Jika semua guru dapat berperan secara baik, maka akan dihasilkan lulusan yang berkualitas. Salam sukses bagi guru. (Artikel ini telah dimuat pada majalah Bhinneka Tunggal Ika, Edisi 1 November 2013).

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *